ameba pico

ameba pico
lucu *mumumumumu*

Sabtu, 11 Februari 2012

serial li-el (pangeran dan putri iseng )

Ada anak baru di kelas Li-El. Zea. Tiba-tiba dia menjadi saingan Andi. Mungkin karena suaranya merdu seperti Andi? Memang, tapi bukan karena itu. Oh, pasti karena dia sangat pintar bermain basket? Mmm… Salah!
Yup. Keduanya bersaing menjadi anak paling iseng di kelas. Sekarang kelas Li-El tidak hanya mendapat satu anak iseng, melainkan dua! Lama-lama, keduanya sibuk sendiri, saling mengisengi.
Anak-anak lain senang-senang saja. Mereka tidak lagi menjadi sasaran keisengan keduanya. Tapi… Apa semua akan baik-baik saja?

Suatu Senin pagi, begitu datang Zea langsung cemberut di samping Li-El. Anehnya, Petra terlihat menahan senyum gelinya.
“Kamu bilang ada pesta kostum di rumah Petra kemarin,” tuduh Zea marah.
Li-El mengerjap bingung. “Kapan aku bilang begitu?”
“Waktu pulang hari Sabtu.”
“Hari Sabtu?” ulang Li-El tidak mengerti.
Zea mengulang apa yang terjadi. Waktu pulang sekolah, Andi bilang pada Zea kalau akan ada pesta kostum di rumah Petra esoknya. Karena curiga, Zea tidak percaya.
Tapi setelah itu dia mendengar percakapan Li-El dan Andi.
“Kamu pasti datang ke tempat Petra, kan?” tanya Andi waktu itu.
“Iya, jangan khawatir,” jawab Li-El.
“Kostum Ratu Salju itu cocok sekali untukmu,” ujar Andi.
Zea jadi percaya kata-kata Andi. Akibatnya, Petra jadi terheran-heran waktu Zea datang dengan kostum penari Jawa ke rumahnya kemarin.
Akhirnya Li-El menjelaskan, waktu itu dia tidak membicarakan pesta kostum. Dia dan Andi akan ke rumah Petra untuk berfoto-foto dengan kostum yang pernah mereka pakai dulu. Tapi baru nanti sore.
Dalam hati Li-El memuji kecerdikan Andi. Andi sudah merencanakan keisengannya waktu mengajak dia dan Petra berfoto. Kemudian, membuat Zea salah paham. Luar biasa!
Sepertinya Zea sadar, percuma marah-marah. Dia pura-pura cuek waktu Andi datang dengan senyum kemenangannya.
Selanjutnya, ganti Andi yang cemas menunggu pembalasan Zea. Betul juga. Beberapa hari kemudian, ganti Andi yang marah-marah.
“Kenapa kamu mengirimkan paket iseng ke rumahku?” gurutunya pada Tira.
Karena Tira justru kebingungan, Andi langsung paham. Dia ganti mendatangi Zea. Dari percakapan mereka, ehm, pertengkaran tepatnya, Li-El mengerti. Rupanya kemarin Zea mengirimkan paket dengan memakai nama Tira.
Kemarin Andi pergi sampai malam. Karena kotaknya kotak kue tart, Mbak Mira menelponnya. Bertanya apa paketnya boleh dibuka. Tentu Andi enggak keberatan.
Isinya… Bukan kue, melainkan boneka badut yang punya per. Ups, Mbak Mira berteriak kaget saat boneka itu menyembul tiba-tiba. Teriakannya mengejutkan mama Andi. Masakan untuk tetangga yang dibawanya jatuh berantakan. Jadilah Andi mendapat omelan saat sampai di rumah.
Li-El dan teman-teman saling lirik. Sepertinya perang Pangeran dan Putri Iseng akan terus berlangsung. Oya, julukan itu sudah cukup lama diberikan pada Zea dan Andi. Tanpa setahu keduanya.
Tiga hari kemudian, giliran Zea berteriak kaget. Semua anak mengerumuninya. Di lukisan Zea ada tulisan,
Ups, sori enggak sengaja nulis di sini!
Dengan cat air merah lagi. Padahal lukisan Naruto itu untuk hadiah temannya. Padahal Zea sudah bekerja keras melukisnya beberapa hari ini.
“Kamu keterlaluan sekali!” marah Zea pada Andi, menahan tangisnya.
Andi terkejut sekali melihat lukisan itu. Tapi dia tidak bicara apa-apa. Baru saat istirahat, Andi menemui Zea yang sedih di taman sekolah.
“Bukan aku yang mencorat-coret lukisanmu,” jelas Andi.
Zea tambah cemberut.
“Mencorat-coret lukisan, kan, jahat sekali, tidak cuma iseng. Enggak mungkin aku melakukannya,” jelas Andi lagi.
Sepertinya Zea mulai percaya. Sebagai sesama anak iseng, Zea pasti tahu juga batas-batas keisengan.
“Tapi siapa yang mencorat-coret lukisanku?” ujar Zea, marah dan bingung.
“Enggak tahu, tapi dia menyebalkan,” Andi ikut kesal.
“Siapa bilang?” tukas Li-El cepat.
Andi dan Zea menoleh. Waaah… semua teman sekelasnya sepertinya mendengarkan percakapan mereka.
“Kalau mencorat-coret lukisan orang lain, aku tidak mau. Tapi kalau lukisanku sendiri, sih, enggak apa-apa,” ujar Danu.
Andi dan Zea terbelalak.
“Nih, lukisanmu masih utuh,” ujar Petra sambil memperlihatkan lukisan Zea yang sebenarnya.
Anak-anak tersenyum-senyum geli. Jarang-jarang Pangeran dan Putri Iseng meringis bingung seperti itu. Hihihi… Li-El dan teman-temannya memang hebat. Berkat kejadian ini, dua anak paling iseng di kelas itu sadar, tingkah mereka benar-benar menyusahkan.
Semua ide Li-El. Danu yang pintar bertugas membuat lukisan yang sama persis dengan milik Zea, lalu menulisinya. Setelah itu, menukar lukisan Zea dengan lukisan itu. Pangeran dan Putri Iseng berhasil diisengi!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar