Terdengar ledakan tawa di ruang keluarga. Li-El, Deni, dan Chrisna
memang sedang menonton DVD yang lucu. Telepon berdering. Tidak ada yang
kelihatan mau mengangkatnya.
“Oke, aku yang menerima,” ujar Deni enggan. “Tapi hentikan dulu filmnya, dong!”
Dengan enggan, Li-El menurut.
Beberapa saat kemudian, Deni memanggil Li-El. Ternyata, telepon itu dari Dodo, sepupu Petra.
“Halo, Do,” sapa Li-El ceria.
“Kamu kok, suka mengadu, sih?”
Beberapa saat, Li-El bengong. Apakah dia salah dengar? Rasanya tidak. Namun, kenapa Dodo mengatakan hal seperti itu?
Belum sempat Li-El mengatakan apa-apa, telepon sudah ditutup.
Dengan linglung, Li-El kembali ke ruang keluarga. Dia bahkan tidak
sadar kalau Chrisna sudah memutar ulang DVD mereka. Mereka baru sadar
kalau Li-El tidak ikut ketawa bersama mereka.
“Kamu kenapa?” ujar Deni dan Chrisna bingung. Barusan, Li-El masih
tertawa-tawa menonton film. Mengapa sekarang Li-El kelihatan
kebingungan?
Li-El nyaris tidak sadar saat dia menggeleng.
“Dodo aneh sekali! Bisa-bisanya dia marah padaku!” ujar Li-El setelah sedikit sadar.
Kebingungan Li-El menjalar pada Deni dan Chrisna. Mereka berpandangan heran.
“Dodo marah tanpa sebab?”
Li-El kembali mengangguk bingung.
Dua hari lalu, Li-El pergi ke rumah Petra. Dodo kebetulan ada di
sana. Rasanya, tidak ada kejadian istimewa. Mereka cuma membaca dan
mengobrol soal komik. Tidak ada yang aneh dengan sikap Dodo maupun
Petra. Jadi, Li-El tak habis pikir, kenapa Dodo menuduhnya ‘suka
mengadu’?
Ah, Petra pasti tahu kenapa Dodo tiba-tiba marah-marah padanya.
Akan tetapi, kata-kata Petra membuat Li-El makin bingung.
“Jangan cemas. Nanti semua kembali baik. Maafkan aku, ya!”
Apa sih yang sebenarnya terjadi? Mana bisa Li-El tidak khawatir sekarang? Tadi, Dodo terdengar marah sekali padanya.
Li-El makin bingung. Bertanya, tidak berhasil. Mungkin ini saatnya
Li-El ganti marah-marah pada Dodo dan Petra? Uh, bisa-bisa masalah jadi
semakin rumit.
Hei… Mungkin ini saatnya Li-El diam dan tidak melakukan apa-apa?
Mungkin dengan begitu, masalah akan selesai dengan sendirinya. Paling
tidak, tidak bertambah rumit.
Li-El kembali mengingat-ingat kejadian di rumah Petra. Li-El meminjam
kamera Petra kemarin. Dia merekam gaya-gaya lucu. Sayangnya, keasyikan
terpotong waktu Tante Rena, mama Petra mengundang mereka untuk mencicipi
kue.
Deg! Li-El tertegun tiba-tiba. Jangan-jangan…
Li-El segera menelepon Petra. “Waktu aku meminjam kameramu, sepertinya aku lupa mematikannya.”
Petra tidak mengatakan apa-apa.
“Aku benar-benar tidak mengerti, kenapa Dodo marah,” ujar Li-El. “Jadi, ku pikir ada hubungannya dengan kamera itu.”
Li-El ragu-ragu melanjutkan. Dia takut Petra marah kalau dia mengatakan apa yang ada dalam pikirannya.
Terdengar Petra menghela nafas. Lalu Petra menceritakan semuanya.
Ternyata, saat Li-El lupa mematikan kamera, kamera itu merekam tingkah
Dodo. Rupanya Dodo iseng menyembunyikan komik yang sedang dibaca Petra.
Saat menyembunyikan komik itu, Dodo tidak sengaja menyenggol mug yang
disimpan di lemari. Padahal di mug itu ada foto Petra dan Tania yang
sekarang di Singapura.
Rupanya, Dodo mengira Li-El mengetahui kejadian tersebut. Li-El memang sempat kembali ke perpustakaan sendiri.
Uh, Li-El mengerti sekarang. Namun, masalahnya masih tetap rumit.
Li-El sebetulnya ingin meminta Petra mengatakan yang sebenarnya pada
Dodo. Namun, bisa-bisa Petra marah padanya.
Li-El terdiam. Petra juga tidak bicara. Li-El merasa, Petra sudah
tahu keinginan hati Li-El. Mungkin Petra akhirnya akan membereskan
masalahnya dengan Dodo.
“Sudah dulu, ya,” ujar Petra akhirnya.
Li-El menutup telepon dengan gelisah. Kegelisahannya bertambah saat
seharian itu Petra tidak menelponnya kembali. Uh, Li-El ingin menunggu
sampai Petra akhirnya menyelesaikan masalahnya dengan Dodo. Namun, kok,
tambah lama dia tambah gelisah, ya?
Esoknya, Li-El mendapat kejutan. Bukan Petra yang menelponnya, melainkan Dodo.
“Maaf,” ujar Dodo pelan.
Dodo kelihatannya susah payah mengucapkan permintaan maaf itu.
“Bukannya jujur, aku justru marah-marah padamu,” lanjut Dodo.
Setelah masalah menjadi rumit, Dodo baru minta maaf.
Li-El ingin ganti bersikap jengkel pada Dodo. Tetapi dia sudah
berhasil menahan diri dari kemarin. Buat apa dia marah-marah sekarang?
Bukankah masalah itu ternyata selesai dengan sendirinya?
“Aku memang orang yang sabar,” pikir Li-El senang. Hmm… benar atau nggak ya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar